Popular Post

Diklat Ruang dalam DIKLATSAR STK Asri Kusuma ke-28

By : STK Asri Kusuma UM

Unit Kegiatan Mahasiswa Sanggar Tari Karawitan Asri Kusuma Universitas Negeri Malang (UKM STK-AK UM) mengadakan Open Recruitment Diklatsar ke-28 untuk memperoleh anggota baru di tahun ini. Dalam hal tersebut, STK-AK UM membuka pendaftaran anggota baru pada tanggal 18 februari hingga 6 maret 2020. Selama tanggal pendaftaran tersebut ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh para anggota baru sanggar. Pada tanggal 4-5 maret diadakan pertemuan berupa Technical Meeting yang dimulai pada pukul 18.00-21.00 WIB di Aula STK-AK UM.
Pendidikan dan kepelatihan dasar (DIKLATSAR) ke-28 ini diharapkan bisa memberikan pendidikan juga kepelatihan dasar kepada para anggota baru UKM STK-AK. Acara DIKLATSAR ini dibagi menjadi dua diklat yakni diklat ruang dan diklat alam. Diklat ruang sendiri ini dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2020 yang bertempatkan di gedung Fakultas Ilmu Keolahragaan UM lt. 1 (ruang seminar). Acara diklat ruang ini dimulai pukul 06.00-14.30 WIB. Pelaksanaan diklat ruang ini terdapat sambutan-sambutan yang diberikan kepada para anggota baru. Sambutan pertama merupakan sambutan yang diberikan oleh ketua pelaksana yaitu Muhammad Lingga Ardana. Sambutan kedua disampaikan oleh ketua umum UKM STK-AK periode 2019-2020 yaitu Melysa Martha Ardiyanthi. Sambutan terakhir merupakan sambutan dari pembimbing UKM STK-AK yaitu Ibu Tri Wahyuningtyas, S.Pd., M.Si. Adapun acara diklat ruang ini diisi dengan materi yang bersangkutan dengan UKM STK-AK, yakni materi ke STK-AK-an/keorganisasian, pertunjukan, dan materi tari karawitan. Alhamdulillah acara diklat ruang ini dapat terlaksana tanpa ada halangan yang berarti.
Dan acara selanjutnya adalah diklat alam yang masih merupakan serangkaian acara DIKLATSAR 28 Unit Kegiatan Mahasiswa Sanggar Tari Karawitan Asri Kusuma (UKM STK-AK).
Serang

Perayaan Hari Tari di Alun-alun Kota Malang

By : STK Asri Kusuma UM

06 Mei 2018, Sanggar Tari Karawitan Asri Kusuma Universitas Negeri Malang (STK-AK), menggelar pertunjukan untuk memperingati Hari Tari Sedunia yang jatuh pada tanggal 29 April kemarin di Alun-alun Kota Malang dengan tema ‘’Ngleuri budoyo bekso turonggo’’. 
Acara ini dimulai dari pukul 13:00 WIB hingga pukul 20:00 WIB Tak hanya dimeriahkan oleh penampilan tari tradisional saja melainkan STK-AK juga mengajak komunitas tari yang ada di Malang dengan berbagai  jenis tari mulai tari tradisional, modern dance, cover dance, fire dance dan masih banyak lagi, kurang lebih ada 20 jenis tarian yang ditampilkan dalam acara kemarin.  
Acara ini dapat memberikan hiburan gratis kepada warga Malang dan sekitarnya untuk menghabiskan akhir pekan mereka,  hampir setiap tahun Sanggar Tari Karawitan Asri Kusuma selalu menggelar acara serupa untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Alun-alun Kota Malang. Penonton sangat mengapresiasi kegiatan yang diadakan oleh STK-AK ini sebagai upaya untuk memperkenalkan tari-tarian yang ada di Indonesia sekaligus melestarikannya, kedepannya Sanggar Tari Asri Kusuma diharapkan dapat memberi pertunjjukan yang lebih baik lagi dari tahun ini.















Kegiatan ini di dukung oleh KANCING Studios  (IG : @kancing_studios)
Media Partner oleh :
@bidadarium @mhsrantaumlg @mampusnet @ngalahs @bukadulucom @mahasiswaum @kostmalang @ngalamedia @acaramalang @acaramedia @whiteblack24 @seputaracarakampus

Audisi Peksiminal 2018 Universitas Negeri Malang

By : STK Asri Kusuma UM
Apa sih yang dinamakan peksiminas ? Peksiminas merupakan kompetisi di bidang seni bagi mahasiswa Indonesia yang diselenggarakan oleh Ditjen Belmawa, Kemenristekdikti dengan menunjuk salah satu pengurus BPSMI sebagai panitia penyelenggara kegiatan. Peksiminas bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan praktik mahasiwa dalam menumbuhkan apresiasi terhadap seni, baik seni suara, seni pertunjukan, penulisan sastra, seni rupa, dan lain-lain. Peksiminas diselenggarakan kali pertama pada tahun 1991 di Surakarta, Jawa Tengah. 

Acara tersebut merupakan acara yang sangat bergengsi guys, makanya segera daftarkan dirikamu menjadi perwakilan dari Universitas Negeri Malang dibidang Tari dan pemusik.



DIBUKA AUDISI penari dan pemusik iringan tari dalam Pekan Seni Mahasiswa Regional (PEKSIMINAL) Jawa Timur 2018 Tangkai Tari untuk mewakili Universitas Negeri Malang

Syarat :
* Mahasiswa Aktif Universitas Negeri Malang
* Mengambil, mengisi, dan mengembalikan formulir pendaftaran
* Gratis

Catat tanggal pentingnya~
📣 Pendaftaran : 12 - 19 April 2018 (12.00 - 18.00 WIB)
📣 Technical Meeting : 20 April 2018 (18.00 - 20.00)
📣 Audisi : 23 - 24 April 2018 (18.00 - 22.00)


Daftarkan diri kalian dalam acara bergengsi antar Universitas se-Jawa Timur langsung ke Kesekretariatan STK-AK Komplek UKM Gedung I5 lantai 2.

Untuk Informasi  lebih lanjut hubungi :
📱Fatma (085732584761)
📱@peksimtari18_um



Salam Budaya.....

Perbedaan Mahabharata versi India Dengan Jawa

By : STK Asri Kusuma UM

http://tvyaar.com/db_imgs/T89UDEVYX53RKAPQW1GF1367498844.jpg
Akhir-akhir ini sedang booming serial televisi Mahabharata di salah satu stasiun TV.Serial yang memiliki cerita utama tentang permusuhan Pandawa dan Kurawa ini ,diimpor langsung dari India.Pemainnya pun adalah orang India yang telah dipilih sedemikian rupa ,sehingga cocok dengan perannya.Alhasil , banyak sekali yang ingin menyaksikan serial ini walaupun sebenarnya bukan beragama hindu , tidak pernah suka film India , tidak peduli cerita kuno dan lain-lain.

Namun apakah kalian tahu perbedaan cerita Mahabharatta versi India dengan versi Indonesia? . Kisah Mahabharata memang asli India ,namun saat agama Hindu masuk ,cerita Mahabharata ikut masuk ke Indonesia.Perbedaanpun muncul.

1.Dropadi hanya milik Yudhistira
Kalau dalam versi India ,Dropadi milik 5 Pandawa,tapi di versi Jawa Dropadi hanya milik Yudhistira .Setelah Arjuna memenangkan sayembara ,dia mempersembahkan Dropadi untuk kakak tertuanya ,yaitu Yudhistira.

2.Srikandhi Istri Arjuna
Jika selama ini orang Indonesia menganggap Srikandhi adalah istri Arjuna ,namun di versi India berbeda.Srikandhi adalah perempuan yang punya jiwa ksatria.Dia akan membunuh Bhisma dengan bekerjasama dengan Arjuna.

3.Gandari Benci Pandawa
 Jika dalam versi asli ,Gandari adalah ratu yang baik dan tetap menyayangi Pandawa,walau bukan anaknya , tapi di versi Jawa berbeda,Di versi Jawa ,Gandari benci dengan Pandawa karena Pandu memberikan Gandari kepada Destrarasta.Padahal Gandari mencintai Pandu.Akibat sakit hati Gandari mendidik anaknya benci Pandawa

4.Punakawan 
Semar.Gareng ,Petruk dan Bagong adalah tokoh-tokoh yang biasa disebut Punakawan.Punakawan di versi Jawa diceritakan sebagai pengasuh para Pandawa.Namun sebenarnya di versi asli punakawan tidak ada
dikutip dari: http://reflektormagz.blogspot.com/2014/08/perbedaan-mahabharata-versi-india.html

Indonesia Membatik

By : STK Asri Kusuma UM

Indonesia Membatik


Pembuatan Batik

Canting adalah sebuah alat berbentuk cawan kecil dengan dua ujung pipa, ujung yang satu berlubang, sedangkan yang satu lagi tanpa lubang dan merupakan ekor dari cawan yang terbuat dari tembaga.
Peralatan Canting yang digunakan :
Canting Klowong : digunakan pada tahap awal melapisi gambar pola motif batik dengan malam. Lubang moncongnya berukuran medium.
Canting Cecek : digunakan untuk mebuta titik-titik atau cecek pada motif. Lubang moncongnya berukuran kecil.
Canting Tembok : digunakan untuk menembok atau melapisis bidang yang cukup besar dengan malam/lilin. Lubang moncongnya berukuran besar.

Warisan budaya nenek moyang kita tidak ada yang tidak dipikirkan dengan matang. Bahkan lilin/ malam penutup kain pembentuk motif pada kain batik pun merupakan hasil kombinasi racikan yang dipikirkan dengan seksama.

Lilin/malam yang digunakan dalam proses membatik merupakan hasil komposisi dari paraffin. Parafin putih dipakai saat musim kemarau dan paraffin kuning saat musim hujan.
Lilin lebah sebagai komposisi utamanya
Gondorukem : sebagai perekat malam ke kain mori, berasal dari tanaman pinus.
Damar/ mata kucing : berasal dari pohon damar, berfungsi untuk membuat campuran malam cepat mengeras ketika menyentuh mori.
Lemak : untuk mempercepat proses pelelehan/ pencairan lilin lebah dan membuat malam mudah diluruhkan dalam proses nglorod, berasal dari lemak binatang atau tumbuhan.


Proses Pembuatan Batik
Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal hingga akhir. Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama.


1) Ngemplong


Ngemplong merupakan tahap paling awal atau pendahuluan, diawali dengan mencuci kain mori. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian dilanjutkan dengan pengeloyoran, yaitu memasukkan kain mori ke minyak jarak atau minyak kacang yang sudah ada di dalam abu merang. Kain mori dimasukkan ke dalam minyak jarak agar kain menjadi lemas, sehingga daya serap terhadap zat warna lebih tinggi.

Setelah melalui proses di atas, kain diberi kanji dan dijemur. Selanjutnya, dilakukan proses pengemplongan, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik.

2) Nyorek atau Memola


Nyorek atau memola adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan cara meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan ngeblat. Pola biasanya dibuat di atas kertas roti terlebih dahulu, baru dijiplak sesuai pola di atas kain mori. Tahapan ini dapat dilakukan secara langsung di atas kain atau menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau canting. Namun agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak pecah, dan sempurna, maka proses batikannya perlu diulang pada sisi kain di baliknya. Proses ini disebut ganggang.

3) Mbathik/ Nyanting/ Klowong


Mbathik merupakan tahap berikutnya, dengan cara menorehkan malam batik ke kain mori, dimulai dari nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan isen-isen (mengisi pola dengan berbagai macam bentuk). Di dalam proses isen-isen terdapat istilah nyecek, yaitu membuat isian dalam pola yang sudah dibuat dengan cara memberi titik-titik (nitik). Ada pula istilah nruntum, yang hampir sama dengan isen-isen, tetapi lebih rumit.

4) Nembok


Nembok adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna dasar, dalam hal ini warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian tersebut ditutup dengan lapisan malam yang tebal seolah-olah merupakan tembok penahan.

5) Medel


Medel adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.

6) Ngerok dan Mbirah
Pada proses ini, malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih. Setelah itu, kain diangin-anginkan.

7) Mbironi
Mbironi adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek atau titik dengan menggunakan malam. Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu proses mengisi bagian yang belum diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya, ngrining dilakukan setelah proses pewarnaan dilakukan.




8) Menyoga
Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk mendapatkan warna cokelat. Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain ke dalam campuran warna cokelat tersebut.

9) Nglorod


Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik tulis maupun batik cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam tahap ini, pembatik melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-anginkan hingga kering.

Proses membuat batik memang cukup lama. Proses awal hingga proses akhir bisa melibatkan beberapa orang, dan penyelesaian suatu tahapan proses juga memakan waktu. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika kain batik tulis berharga cukup tinggi.



Macam- Macam Batik 

1.Batik Tulis
Salah satu jenis produksi batik yang teknis pembuatan motifnya langsung dilukis secara manual dengan sentuhan seni yang sangat tinggi dimana perintang warnanya dibubuhkan dengan cara seperti menulis dengan alat canting.

Ciri khas :
Tidak ada yang kembar, hanya dibuat satu desain setiap lembarnya
Karena dibuat dengan tangan, tidak ada satu pun motif yang sempurna. Justru ketidak sempurnaannya yang membuat batik tulis sangat manusiawi
Warna dan motifnya bolak-balik sama. Karena bagian depan dan belakang kain juga dicanting.

Untuk melukisnya, menggunakan alat seperti pena atau yang biasa disebut canting, alat yang terbuat dari tembaga yang berfungsi seperti pena dengan gagang dari bambu. Ujung dari canting (mata pena) atau biasa disebut cucuk, mempunyai lubang yang bervariasi, sesuai dengan kebutuhan saat melukis, sehingga bisa menentukan besar kecilnya motif. Sedangkan bak penampung canting disebut sebagai nyamplung. Nyamplung ini bisa berisi cairan lilin atau (pewarna pada tekhnik batik colet), tergantung dari teknik batik yang akan digunakan.



Proses pembuatan Batik Tulis lilin
Teknik batik tulis ialah dengan menorehkan cairan lilin melalui canting tulis (pena). Proses pembuatan batik tulis sebenarnya mirip seperti batik cap. Perbedaanya ada pada motif. Jika pada batik cap motifnya sangat monoton dengan motif sama dan berulang , maka batik tulis motifnya bisa sedikit bercerita seperti visualisasi suatu peristiwa. Cara pembuatan batik tulis sama dengan melukis. Ambil cairan lilin yang ada di nyamplung dengan canting (seperti menciduk). Kemudian cucuk canting harus ditiup agar berlubang, sehingga membran cairan terbuka. Fungsikan canting seperti pena sesuai motif yang telah digambar sebelumnya dengan pensil. Selanjutnya lakukan proses pewarnaan seperti proses pewarnaan pada batik cap.


2. Batik Cap
Batik cap mulai dilakukan ketika permintaan kain batik semakin meningkat, sehingga mulai mencari untuk dapat memproduksi batik dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat. Dibuatlah lempengan besi dengan motif batik untuk membubuhkan malam pada permukaan kain mori.
Canting Cap ialah sebuah alat cap yang terbuat dari lempeng tembaga yang berbentuk mirip stempel dengan ukuran yang agak lebih besar. Dengan bahan yang terbuat dari tembaga dengan ukuran 20cm X 20cm. Berbeda dengan canting pada umumnya yang berbentuk seperti alat tulis (seperti gayung).



Ciri Khas :
Motifnya cenderung berulang, tidak banyak memiliki detail
Warnanya bolak-balik tidak sama, bagian belakang cenderung memiliki warna yang lebih redup/ tipis
Dijual per lembar dengan ukuran standart kain potong
Biasanya tidak melalui proses pengkhetelan berhari-hari seperti kain tulis

Proses Pembuatan Batik Cap
Kain katun berwarna putih diletakkan di atas meja datar yang berlapis dengan bahan yang agak lunak (agar proses pengecapan benar-benar tertempel dengan sempurna).
Malam (sejenis lilin) dipanaskan hingga mencair dan dijaga agar suhu cairan lilin ini tetap dalam suhu yang stabil supaya lilin dalam keadaan cair.
Canting Cap (stamp) dimasukkan dalam cairan lilin sedalam kurang lebih 2 cm agar bisa menyerap cairan lilin panas tadi.
Canting Cap ditempel dan ditekan (distempelkan) dengan tekanan yang cukup di atas kain katun putih.
Cairan lilin akan menempel ke dalam pori-pori kain katun hingga meresap ke dalam kain dan membentuk gambar sesuai motif cetakan.



3. Batik Tulis Warna (Colet)
Teknik batik tulis (colet) adalah dengan menorehkan lilin berwarna (panas/cair) melalui canting tulis (bisa juga kuas) langsung ke media (kain katun), besar kecilnya canting/kuas tergantung kerumitan motif yang akan digambar. Proses pembuatan batik tulis warna (colet) ini hampir sama dengan melukis di kanvas. Hasil karya dari batik colet sangat di pengaruhi oleh cita rasa, kreatifitas dan ketelitian (skill) maupun kombinasi warna dari pelukis batik ini. Ketika semakin kecil, rumit dan detil gambar (warna) yang dihasilkan oleh pelukis batik, dengan sendirinya akan semakin tinggi nilai seni dan nilai jual dari batik colet ini (jangan heran kalau anda melihat harga sebuah karya batik dengan harga yang begitu mencengangkan).



4. Batik Print
Batik print disebut juga kain tekstil bermotif batik yang penggambarannya menggunakan mesin. Pada masa ini batik diproduksi semakin massal karena Gubernur DKI – Ali Sadikin menetapkan batik sebagai pakaian nasional.
Kain tekstil bermotif batik ini awalnya diproduksi oleh industri tekstil lokal. Tetapi karena permintaan yang semakin banyak akhirnya kain bermotif batik juga diproduksi oleh pabrikan dari luar negeri. Hal ini yang dikahwatirkan akan mematikan industri kerajinan batik nusantara.
Ciri Khas :
Motifnya sangat detail dan rapi
Warna cerah dan menarik
Bagian belakangnya berwarna putih dengan sedikit tembusan warna di bagian mukanya
Harganya sangat murah



Cara Pembuatan:
Gambarlah motif ragam hias pada komputer, kemudian print-kan/ cetak pada kain polos dengan menggunakan mesin cetak.
Cucilah kain hingga bersih dan bilaslah berulang-ulang.
Keringkan di tempat teduh (diangin-anginkan).


Cara Membedakan Batik Tulis, Cap dan Printing
Sekilas, ketiga jenis kain batik itu akan terlihat sama. Agar saat membeli produk busana tidak salah pilih, maka ada beberapa hal-hal yang perlu dicermati yang merupakan ciri pembeda dari batik tulis, cap dan printing.


Kain Batik Tulis :
Mempunyai kekhasan pada ketidakrapiannya, baik pada pelukisan motif dan pewarnaanya yang sering saling melebar dan sedikit bercampur dengan warna lain disekitarnya
Kondisi pada bagian tepi kain bisa dijadikan sebuah penanda yang utama. Kain batik tulis mempunyai tepian kain yang tidak rapi pewarnaanya yang diakibatkan lelehan malam atau pewarnaaan yang berulang-ulang.
Segala ketidaksempurnaan dari batik tulis yang dikerjakan secara handmade inilah justru yang membuatnya menjadi sangat berharga.
Kain Batik Cap :
Hanya terbatas pada motif-motif dengan pola berulang-ulang, tidak bisa tampil serumit motif-motif di batik tulis.
Pada kain batik cap, motif yang polanya diulang akan lebih terlihat sama persis, hal ini tentu sangat mustahil bila dilakukan di kain batik tulis yang setiap polanya dilukis langsung oleh tangan pengerajinnya.
Kain Batik Printing:
Tampil lebih rapi lagi. Motif-motif tercetak di kain batik printing akan tampil rapi dan pola-pola motif yang diulang akan tampil sama persis.


Sejarah Budaya Batik Yogyakarta dan Surakarta (Solo)
Kerajaan Mataram Islam pecah dengan adanya Perjanjian Giyanti tanggal 13 Pebruari 1755 menjadi dua Kerajaan yaitu : Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta.
Kasunanan Surakarta yang merupakan awal dari Kerajaan Mataram memiliki budaya lebih kovensional dibandingkan Kasultanan Ngayogyakarta.
Batik Jogja, biasanya memiliki corak warna hitam dengan warna dasar putih, batik jogja pun tak bisa sembarangan dibuat, Keraton Jogja memiliki aturan khusus yang mengatur segala hal tentang batik mereka, termasuk diantaranya adalah desain corak dan bahan pembuatan.


Dalam alur desain parang untuk batik solo, jalannya alur parang adalah dari kiri atas ke kanan bawah, sedangkan untuk batik Jogjakarta alur parangnya dari kanan atas ke kiri bawah.

Apa perbedaan Kain Batik dari kedua Kerajaan tersebut ?
Kasunanan Surakarta
Warna dasar kain berlatar sogan & cenderung gelap. Warna hitam kecoklatan.
Prodo (hiasan emas) hanya di garis luar corak (outline) dan sebagai isen-isennya.
Kesan Prodo lebih tenang dan anggun

Kasultanan Ngayogyakarta
Warna dasar kain berlatar putih. Jika kain berwarna gelap cenderung gelap kebiruan
Prodo hampir di seluruh corak dan isen
Kesan prodo lebih gagah dan menonjol

*isen = isian, gambar-gambar yang berfungsi untuk mengisi dan melengkapi gambar ornamen pokok


Batik Pesisiran
Motif batik ini lebih terpengaruh oleh dari pendatang seperti pedagang Cina, penjajahan Belanda dan Jepang. Memiliki warna cerah dari pesisir utara Jawa dibuat oleh pembatik Saudagar dan Santri. Motif yang dibuat oleh pembatik santri berupa motif flora dan hiasan non figurative karena larangan dalam ajaran Islam membuat gambar yang mirip hewan atau manusia.




Kain Batik Pagi Sore
Batik ini muncul ketika Jepang menjajah Indonesia dimana kebutuhan pangan, sandang dan papan hal yang sulit. Karena sulit memperoleh bahan baku kain mori sehingga muncul Kain Pagi Sore dimana dalam selembar kain ada 2 sisi yang dapat dipakai untuk kesempatan siang dan malam hari.
Selain itu motif batiknya pun dibuat rumit dengan ratusan detail yang sangat sulit dan juga warna yang dibubuhkan juga tak sedikit. Sehingga pembuatan selembar kain bisa memakan waktu 1-2 tahun.



Jika Agan tertarik dengan Batik...silakan visit blogspot di 
http://aishbatik.blogspot.com
Kami menawarkan produk Batik dari Pekalongan, Lasem, Madura, Solo dan Yogya.

Semoga Bermafaat Gan...menambah wawasan tentang Warisan Budaya Batik Indonesia...

Dikutip dari : http://www.kaskus.co.id/thread/5354f542f8ca17fc3d8b47d8/indonesia-membatik/ 
By : STK Asri Kusuma UM
Kearifan Lokal yang Selalu Dicurigai


               Ajaran kejawen, dalam perkembangan sejarahnya mengalami pasang surut. Hal itu tidak lepas dari adanya benturan-benturan dengan teologi dan budaya asing (Belanda, Arab, Cina, India, Jepang, AS). Yang paling keras adalah benturan dengan teologi asing, karena kehadiran kepercayaan baru disertai dengan upaya-upaya membangun kesan bahwa budaya Jawa itu hina, memalukan, rendah martabatnya, bahkan kepercayaan lokal disebut sebagai kekafiran, sehingga harus ditinggalkan sekalipun oleh tuannya sendiri, dan harus diganti dengan “kepercayaan baru” yang dianggap paling mulia segalanya. Dengan naifnya kepercayaan baru merekrut pengikut dengan jaminan kepastian masuk syurga. Gerakan tersebut sangat efektif karena dilakukan secara sistematis mendapat dukungan dari kekuatan politik asing yang tengah bertarung di negeri ini.

                 Selain itu “pendatang baru” selalu berusaha membangun image buruk terhadap kearifan-kearifan lokal (baca: budaya Jawa) dengan cara memberikan contoh-contoh patologi sosial (penyakit masyarakat), penyimpangan sosial, pelanggaran kaidah Kejawen, yang terjadi saat itu, diklaim oleh “pendatang baru” sebagai bukti nyata kesesatan ajaran Jawa. Hal itu sama saja dengan menganggap Islam itu buruk dengan cara menampilkan contoh perbuatan sadis terorisme, menteri agama yang korupsi, pejabat berjilbab yang selingkuh, kyai yang menghamili santrinya, dst.

                 Tidak berhenti disitu saja, kekuatan asing terus mendiskreditkan manusia Jawa dengan cara memanipulasi atau memutar balik sejarah masa lampau. Bukti-bukti kearifan lokal dimusnahkan, sehingga banyak sekali naskah-naskah kuno yang berisi ajaran-ajaran tentang tatakrama, kaidah, budi pekerti yang luhur bangsa (Jawa) Indonesia kuno sebelum era kewalian datang, kemudian dibumi hanguskan oleh para “pendatang baru” tersebut. Kosa kata Jawa juga mengalami penjajahan, istilah-istilah Jawa yang dahulu mempunyai makna yang arif, luhur, bijaksana, kemudian dibelokkan maknanya menurut kepentingan dan perspektif subyektif disesuaikan dengan kepentingan “pendatang baru” yang tidak suka dengan “local wisdom”. Akibatnya; istilah-istilah seperti; kejawen, klenik, mistis, tahyul mengalami degradasi makna, dan berkonotasi negatif. Istilah-istilah tersebut “di-sama-makna-kan” dengan dosa dan larangan-larangan dogma agama; misalnya; kemusyrikan, gugon tuhon, budak setan, menyembah setan, dst. Padahal tidak demikian makna aslinya, sebaliknya istilah tersebut justru mempunyai arti yang sangat religius sbb;


               Klenik : merupakan pemahaman terhadap suatu kejadian yang dihubungkan dengan hukum sebab akibat yang berkaitan dengan kekuatan gaib (metafisik) yang tidak lain bersumber dari Dzat tertinggi yakni Tuhan Yang Maha Suci. Di dalam agama manapun unsur “klenik” ini selalu ada.

                Mistis : adalah ruang atau wilayah gaib yang dapat dirambah dan dipahami manusia, sebagai upayanya untuk memahami Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam agama Islam ruang mistik untuk memahami sejatinya Tuhan dikenal dengan istilah tasawuf.

               Tahyul : adalah kepercayaan akan hal-hal yang gaib yang berhubungan dengan makhluk gaib ciptan Tuhan. Manusia Jawa sangat mempercayai adanya kekuatan gaib yang dipahaminya sebagai wujud dari kebesaran Tuhan Sang Maha Pencipta. Kepercayaan kepada yang gaib ini juga terdapat di dalam rukun Islam.

               Tradisi : dalam tradisi Jawa, seseorang dapat mewujudkan doa dalam bentuk lambang atau simbol. Lambang dan simbol dilengkapi dengan sarana ubo rampe sebagai pelengkap kesempurnaan dalam berdoa. Lambang dan simbol juga mengartikan secara kias bahasa alam yang dipercaya manusia Jawa sebagai bentuk isyarat akan kehendak Tuhan. Manusia Jawa akan merasa lebih dekat dengan Tuhan jika doanya tidak sekedar diucapkan di mulut saja (NATO: not action talk only), melainkan dengan diwujudkan dalam bentuk tumpeng, sesaji dsb sebagi simbol kemanunggalan tekad bulat. Maka manusia Jawa dalam berdoa melibatkan empat unsur tekad bulat yakni hati, fikiran, ucapan, dan tindakan. Upacara-upacara tradisional sebagai bentuk kepedulian pada lingkungannya, baik kepada lingkungan masyarakat manusia maupun masyarakat gaib yang hidup berdampingan, agar selaras dan harmonis dalam manembah kapada Tuhan. Bagi manusia Jawa, setiap rasa syukur dan doa harus diwujudkan dalam bentuk tindakan riil (ihtiyar) sebagai bentuk ketabahan dan kebulatan tekad yang diyakini dapat membuat doa terkabul. Akan tetapi niat dan makna dibalik tradisi ritual tersebut sering dianggap sebagai kegiatan gugon tuhon/ela-elu, asal ngikut saja, sikap menghamburkan, dan bentuk kemubadiran, dst.

                   Kejawen : berisi kaidah moral dan budi pekerti luhur, serta memuat tata cara manusia dalam melakukan penyembahan tertinggi kepada Tuhan Yang Maha Tunggal. Akan tetapi, setelah abad 15 Majapahit runtuh oleh serbuan anaknya sendiri, dengan cara serampangan dan subyektif, jauh dari kearifan dan budi pekerti yg luhur, “pendatang baru” menganggap ajaran kejawen sebagai biangnya kemusyrikan, kesesatan, kebobrokan moral, dan kekafiran. Maka harus dimusnahkan. Ironisnya, manusia Jawa yang sudah “kejawan” ilang jawane, justru mempuyai andil besar dalam upaya cultural assasination ini. Mereka lupa bahwa nilai budaya asli nenek moyang mereka itulah yang pernah membawa bumi nusantara ini menggapai masa kejayaannya di era Majapahit hingga berlangsung selama lima generasi penerus tahta kerajaan.


Ajaran Tentang Budi Pekerti, Menggapai Manusia Sejati

                 Dalam khasanah referensi kebudayaan Jawa dikenal berbagai literatur sastra yang mempunyai gaya penulisan beragam dan unik. Sebut saja misalnya; kitab, suluk, serat, babad, yang biasanya tidak hanya sekedar kumpulan baris-baris kalimat, tetapi ditulis dengan seni kesusastraan yang tinggi, berupa tembang yang disusun dalam bait-bait atau padha yang merupakan bagian dari tembang misalnya; pupuh, sinom, pangkur, pucung, asmaradhana dst. Teks yang disusun ialah yang memiliki kandungan unsur pesan moral, yang diajarkan tokoh-tokoh utama atau penulisnya, mewarnai seluruh isi teks.

               Pendidikan moral budi pekerti menjadi pokok pelajaran yang diutamakan. Moral atau budi pekerti di sini dalam arti kaidah-kaidah yang membedakan baik atau buruk segala sesuatu, tata krama, atau aturan-aturan yang melarang atau menganjurkan seseorang dalam menghadapi lingkungan alam dan sosialnya. Sumber dari kaidah-kaidah tersebut didasari oleh keyakinan, gagasan, dan nilai-nilai yang berkembang di dalam masyarakat yang bersangktan. Kaidah tersebut akan tampak dalam manifestasi tingkah laku dan perbuatan anggota masyarakat.

               Demikian lah makna dari ajaran Kejawen yang sesungguhnya, dengan demikian dapat menambah jelas pemahaman terhadap konsepsi pendidikan budi pekerti yang mewarnai kebudayaan Jawa. Hal ini dapat diteruskan kepada generasi muda guna membentuk watak yang berbudi luhur dan bersedia menempa jiwa yang berkepribadian teguh. Uraian yang memaparkan nilai-nilai luhur dalam kebudayaan masyarakat Jawa yang diungkapkan diatas dapat membuka wawasan pikir dan hati nurani bangsa bahwa dalam masyarakat kuno asli pribumi telah terdapat seperangkat nilai-nilai moralitas yang dapat diterapkan untuk mengangkat harkat dan martabat hidup manusia.


Dua Ancaman Besar dalam Ajaran Kejawen


             Dalam ajaran kejawen, terdapat dua bentuk ancaman besar yang mendasari sikap kewaspadaan (eling lan waspada), karena dapat menghancurkan kaidah-kaidah kemanusiaan, yakni; hawanepsu dan pamrih. Manusia harus mampu meredam hawa nafsu atau nutupi babahan hawa sanga. Yakni mengontrol nafsu-nafsunya yang muncul dari sembilan unsur yang terdapat dalam diri manusia, dan melepas pamrihnya.

             Dalam perspektif kaidah Jawa, nafsu-nafsu merupakan perasaan kasar karena menggagalkan kontrol diri manusia, membelenggu, serta buta pada dunia lahir maupun batin. Nafsu akan memperlemah manusia karena menjadi sumber yang memboroskan kekuatan-kekuatan batin tanpa ada gunanya. Lebih lanjut, menurut kaidah Jawa nafsu akan lebih berbahaya karena mampu menutup akal budi. Sehingga manusia yang menuruti hawa nafsu tidak lagi menuruti akal budinya (budi pekerti). Manusia demikian tidak dapat mengembangkan segi-segi halusnya, manusia semakin mengancam lingkungannya, menimbulkan konflik, ketegangan, dan merusak ketrentaman yang mengganggu stabilitas kebangsaan


NAFSU

            Hawa nafsu (lauwamah, amarah, supiyah) secara kejawen diungkapkan dalam bentuk akronim, yakni apa yang disebut M5 atau malima; madat, madon, maling, mangan, main; mabuk-mabukan, main perempuan, mencuri, makan, berjudi. Untuk meredam nafsu malima, manusia Jawa melakukan laku tapa atau “puasa”. Misalnya; tapa brata, tapa ngrame, tapa mendhem, tapa ngeli.

Tapa brata ; sikap perbuatan seseorang yang selalu menahan/puasa hawa nafsu yang berasal dari lima indra. Nafsu angkara yang buruk yakni lauwamah, amarah, supiyah.

Tapa ngrame; adalah watak untuk giat membantu, menolong sesama tetapi “sepi” dalam nafsu pamrih yakni golek butuhe dewe.

Tapa mendhem; adalah mengubur nafsu riak, takabur, sombong, suka pamer, pamrih. Semua sifat buruk dikubur dalam-dalam, termasuk “mengubur” amal kebaikan yang pernah kita lakukan kepada orang lain, dari benak ingatan kita sendiri. Manusia suci adalah mereka yang tidak ingat lagi apa saja amal kebaikan yang pernah dilakukan pada orang lain, sebaliknya selalu ingat semua kejahatan yg pernah dilakukannya.

Tapa ngeli, yakni menghanyutkan diri ke dalam arus “aliran air sungai Dzat”, yakni mengikuti kehendak Gusti Maha Wisesa. “Aliran air” milik Tuhan, seumpama air sungai yang mengalir menyusuri sungai, mengikuti irama alam, lekuk dan kelok sungai, yang merupakan wujud bahasa “kebijaksanaan” alam. Maka manusia tersebut akan sampai pada muara samudra kabegjan atau keberuntungan. Berbeda dengan “aliran air” bah, yang menuruti kehendak nafsu akan berakhir celaka, karena air bah menerjang wewaler kaidah tata krama, menghempas “perahu nelayan”, menerjang “pepohonan”, dan menghancurkan “daratan”.



PAMRIH



Pamrih merupakan ancaman ke dua bagi manusia. Bertindak karena pamrih berarti hanya mengutamakan kepentingan diri pribadi secara egois. Pamrih, mengabaikan kepentingan orang lain dan masyarakat. Secara sosiologis, pamrih itu mengacaukan (chaos) karena tindakannya tidak menghiraukan keselarasan sosial lingkungannya. Pamrih juga akan menghancurkan diri pribadi dari dalam, kerana pamrih mengunggulkan secara mutlak keakuannya sendiri (istilahnya Freud; ego). Karena itu, pamrih akan membatasi diri atau mengisolasi diri dari sumber kekuatan batin. Dalam kaca mata Jawa, pamrih yang berasal dari nafsu ragawi akan mengalahkan nafsu sukmani (mutmainah) yang suci. Pamrih mengutamakan kepentingan-kepentingan duniawi, dengan demikian manusia mengikat dirinya sendiri dengan dunia luar sehingga manusia tidak sanggup lagi untuk memusatkan batin dalam dirinya sendiri. Oleh sebab itu pula, pamrih menjadi faktor penghalang bagi seseorang untuk mencapai “kemanunggalan” kawula gusti.

Pamrih itu seperti apa, tidak setiap orang mampu mengindentifikasi. Kadang orang dengan mudah mengartikan pamrih itu, tetapi secara tidak sadar terjebak oleh perspektif subyektif yang berangkat dari kepentingan dirinya sendiri untuk melakukan pembenaran atas segala tindakannya. Untuk itu penting Sabdalangit kemukakan bentuk-bentuk pamrih yang dibagi dalam tiga bentuk nafsu dalam perspektif KEJAWEN :

1. Nafsu selalu ingin menjadi orang pertama, yakni; nafsu golek menange dhewe; selalu ingin menangnya sendiri.
2. Nafsu selalu menganggap dirinya selalu benar; nafsu golek benere dhewe.
3. Nafsu selalu mementingkan kebutuhannya sendiri; nafsu golek butuhe dhewe. Kelakuan buruk seperti ini disebut juga sebagai aji mumpung. Misalnya mumpung berkuasa, lantas melakukan korupsi, tanpa peduli dengan nasib orang lain yang tertindas.



Untuk menjaga kaidah-kaidah manusia supaya tetap teguh dalam menjaga kesucian raga dan jiwanya, dikenal di dalam falsafah dan ajaran Jawa sebagai lakutama, perilaku hidup yang utama. Sembah merupakan salah satu bentuk lakutama, sebagaimana di tulis oleh pujangga masyhur (tahun 1811-1880-an) dan pengusaha sukses, yang sekaligus Ratu Gung Binatara terkenal karena sakti mandraguna, yakni Gusti Mangkunegoro IV dalam kitab Wedhatama (weda=perilaku, tama=utama) mengemukakan sistematika yang runtut dan teratur dari yang rendah ke tingkatan tertinggi, yakni catur sembah; sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, sembah rasa. Catur sembah ini senada dengan nafsul mutmainah (ajaran Islam) yang digunakan untuk meraih ma’rifatullah, nggayuh jumbuhing kawula Gusti. Apabila seseorang dapat menjalani secara runtut catur sembah hingga mencapai sembah yang paling tinggi, niscaya siapapun akan mendapatkan anugerah agung menjadi manusia linuwih, atas berkat kemurahan Tuhan Yang Maha Kasih, tidak tergantung apa agamanya.

http://sabdalangit.wordpress.com/atur-sabdo-pambagyo/kejawen-ajaran-luhur-yang-dicurigai-dikambinghitamkan/

6 Negara yang Menggunakan Bahasa Jawa

By : STK Asri Kusuma UM
6 Negara yang Menggunakan Bahasa Jawa

Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa terutama di beberapa bagian Banten terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tangerang, Jawa Barat khususnya kawasan Pantai utara terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan kabupaten Cirebon, Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur di Indonesia.

Tetapi ternyata di beberapa negara ada sebagian penduduknya yang juga berbahasa jawa, negara mana sajakah itu? Langsung saja kita simak berikut ini :

1. Republik Suriname



Republik Suriname (Surinam) dulu bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda adalah sebuah negara di Amerika Selatan dan merupakan bekas jajahan Belanda.
Negara ini berbatasan dengan Guyana Perancis di timur dan Guyana di barat. Di selatan berbatasan dengan Brasil dan di utara dengan Samudra Atlantik. Di Suriname tinggal sekitar 75.000 orang Jawa dan dibawa ke sana dari Hindia-Belanda antara tahun 1890-1939. Suriname merupakan salah satu anggota Organisasi Konferensi Islam.

2. Singapura


Sejumlah orang Jawa didatangkan ke Singapura sejak 1825 [Johari, 1965]. Mereka berasal dari Jawa Tengah, dan mereka dipekerjakan sebagai buruh di perkebunan karet, jalur kereta api dan konstruksi jalan raya. Kampong Jawa, di tepi sungai Rochor, adalah tempat pemukiman pertama orang Jawa di Singapura. Selain Kampong Jawa, Kallang Airport Estate dikenal sebagai tempat pemukiman orang Jawa juga. Di Kallang, mereka hidup berdampingan dengan orang Melayu dan Cina.

3. Malaysia



Umumnya, mereka sudah berwarga negara Malaysia. Leluhur mereka datang sekitar tahun 1900 karena tekanan ekonomi. Masyarakat Jawa di Malaysia saat ini termasuk generasi ketiga dan keempat. Walaupun masih menggunakan sebagian adat dan kebudayaan Jawa, mereka sudah dianggap Melayu pribumi yang sah sesuai undang-undang Malaysia.
Yang terbanyak tinggal di Negeri Selangor, terutama di kawasan Tanjung Karang, Sabak Bernam, Kuala Selangor, Kelang, Banting, dan Sepang. Mereka masih mengekalkan beberapa unsur Jawa meski tidak total. Di Johor juga banyak, tapi yang muda-muda sudah lupa warisan leluhurnya.

Bahkan sebagian ada yang merasa malu mengakui berketurunan Jawa. Mereka sudah tidak boleh (bisa, Red.) lagi bertutur bahasa Jawa secara baik dengan unggah-ungguh dan tata krama. Ada yang mengekalkan identitas dirinya dengan mewujudkan Persatuan Anak-anak Jawa. Kegiatan keseniannya kuda kepang dan reog, walaupun tidak sehalus di Jawa.

4. Belanda



Saat Belanda menjajah Indonesia belanda mengirim orang jawa sebagai budak ke Belanda. Yang unik dalam kasus bahasa Jawa ini adalah minat orang asing terhadap bahasa atau sastra Jawa. Dan, Belanda sebagai negeri bekas penjajah Jawa ternyata menjadi gudang dari orang atau pakar yang punya minat khusus terhadap keberadaan bahasa Jawa. Universiteit Leiden, universitas tertua di Belanda yang didirikan 1575 merupakan salah satu gudangnya. Di universitas yang didirikan Pangeran Willem van Oranje, tempat dari sekitar 17 ribu mahasiswa menimba ilmu, kita bisa melihat naskah-naskah kuno berhuruf Jawa atau sastra Jawa kontemporer yang masih terawat.


5. Kaledonia Baru



Kaledonia Baru (bahasa Perancis: Nouvelle-Calédonie) adalah sebuah negeri seberang laut milik Perancis terletak di Samudra Pasifik bagian selatan. Juga dinamai Kanaki yang dari nama penduduk asli kepulauan itu. Negara kepulauan ini telah dikuasai Perancis selain Polinesia Perancis. Status ini dikenakan sampai 1998. Namanya berasal dari bahasa Latin Skotlandia. Ibu kotanya ialah Noumea.

Daerah ini dihuni oleh sebagian suku Jawa. Dahulu orang Jawa di Kaledonia Baru menjadi kuli kontrak atau mencari kehidupan lebih baik di negeri asing. Perpindahan orang Jawa di Kaledonia juga sama dengan orang Jawa Suriname, namun kepindahan orang Jawa di Pasifik telah terhenti sejak 1949.

Jumlah penduduk Kaledonia Baru tercatat tanggal 1 September 2006, yaitu: 237.765 jiwa.
Orang Jawa di Kaledonia Baru tetap menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari, namun kini anak-anak mudanya sudah tak bisa berbahasa Jawa, hanya bisa berbahasa Perancis saja.

6. Indonesia



Sudah pasti bahasa jawa juga di gunakan di Indonesia. bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa adalah bahasa jawa terutama di beberapa bagian Banten terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tangerang, Jawa Barat khususnya kawasan Pantai utara terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan kabupaten Cirebon, Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur di Indonesia.


Dikutip Dari:
http://www.kaskus.co.id/thread/54686e62bdcb17790c8b457f/6-negara-yang-menggunakan-bahasa-jawa/

- Copyright © STK Asri Kusuma - STK-AK - Powered by Blogger - Designed by FuqaMon -